Jumat, 13 Juni 2014

Ayam Ketawa Harganya Belasan Juta Rupiah

ayam ketawa1
SAWAHBESAR (Pos Kota) – Ayam hias di pameran flora dan fauna (flona) Lapangan Banteng, Sawahbesar, Jakpus, banyak menarik perhatian pengunjung. Mereka penasaran dengan keistimewaan Ayam Ketawa asal Sulawesi, Onagadori dari Jepang, maupun Serama dari Malaysia yang harganya mencapai jutaan rupiah perekor.
Ayam Ketawa jantan memiliki ciri khas suara kokok yang panjang dan patah-patah, sehingga terdengar seperti suara ketawa. “Keistimewaan Onagadori jantan dewasa, memiliki bulu ekor sangat panjang. Bisa sampai lima meteran. Untuk perawatannya, ayam Jepang ini dibuatkan tangkringan tinggi, agar bulu ekor tidak mudah patah,” ujar Handoyo Wijaya, pedagang unggas, Kamis (12/6).
Selama mengikuti pameran flona sejak 23 Mei 2014, pedagang unggas ini sudah menjual ratusan ekor ayam hias, khusus Onagadori, Ayam Ketawa, dan Ayam Serama. “Ayam Ketawa jantan usia dewasa, harganya berkisar Rp 3 juta sampai belasan juta rupiah, tergantung kualitasnya,” timpal Herman, pedagang lainnya. Ayam Ketawa yang bagus adalah yang berkokok nyaring panjang dengan kecepatan rendah. “Istilahnya  slow crystal, untuk kelas kontes,” paparnya.
Sedangkan Onagadori berkualitas baik, harganya mencapai puluhan juta rupiah. “Bulu ekornya tebal dan panjang sampai beberapa meter. Untuk anakan umur di bawah sebulan harga sekitar Rp 500 ribu, tapi belum ketahuan jenis kelaminnya,” tambah Handoyo yang juga menjual Ayam Serama yang memiliki tubuh terkecil untuk spesies ayam.
Prabowo, pengurus komunitas ‘Kelompok Insan Penggemar Ayam Serama’ (KIPAS) menyatakan di Jakarta banyak peternak ayam asal negeri jiran ini.  “Ayam mungil dari Malaysia ini banyak penggemarnya karena penampilannya unik dan mudah diternak di lahan sempit,” papar Prabowo, selaku pengunjung pameran.
Pameran Flona Lapangan Banteng 2014 diselenggarakan Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, terdiri dari ratusan stand pameran yang sebagian besar menjual aneka tanaman hias maupun pohon produktif. Sedangkan stand pameran fauna yang sesungguhnya lebih banyak menarik perhatian pengunjung cuma mendapat tempat yang sempit. “Lain kali, lahan untuk fauna agar diperluas, sehingga pengunjung tidak terlalu berjubel,” harap Fauzan, pedagang binatang reptil. (Joko)