Sabtu, 03 Desember 2016

Ciri Ayam Hutan Merah Dan Ayam Burgo

#AyamKampus. Dalam dunia ilmu pengetahuan, ayam hutan digolongkan ke dalam suku Phasianidae, suatu kelompok burung berbadan besar yang banyak menghabiskan waktunya di permukaan tanah. Jantan berbulu sangat indah. Sebaliknya, betina berwarna suram. Saat musim berbiak, pejantan akan sibuk berlenggak-lenggok, memperlihatkan keelokan bulunya dengan gerakan tertentu, untuk memikat sang betina pujaan hati.

Selain bulunya yang indah, burung dalam familia Phasianidae juga sering mengeluarkan suara yang nyaring dan merdu. Kaki dilengkapi taji yang runcing untuk mengais permukaan tanah dan bertarung memperebutkan betina.

Sarang dibangun dari ranting dan daun-daun kering di atas tanah. Saat senja, burung jantan dan betina yang tidak mengeram, akan terbang ke atas pohon untuk tidur sekaligus menghindari pemangsa. Kerabat dekat ayam hutan dalam suku ini meliputi: burung Puyuh, Sempidan, Kuau dan Merak.
Saat ini terdapat 4 spesies ayam hutan yang semuanya hanya tersebar di Asia (Gambar 1). Keempat jenis ayam hutan tersebut adalah:

1. Ayam hutan merah/Red jungle fowl (Gallus gallus,Linnaeus,1758)


2. Ayam hutan abu-abu/Grey Junglefowl (Gallus sonneratii Temminck, 1813)


3. Ayam hutan Srilangka/Ceylon Junglefowl (Gallus lafayetii, Lesson 1831)


4. Ayam hutan hijau/Green Junglefowl (Gallus varius Shaw, 1798)




Ciri-Ciri Ayam Hutan Merah yang Asli

Ayam hutan merah memiliki variasi ciri fisik yang sangat beraneka ragam. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama faktor lingkungan seperti habitat, ketinggian, kondisi geografis dan lain-lain.
Di India, ayam hutan merah (sub-spesies murghii) dari daerah utara yang didominasi oleh pegunungan bersuhu dingin, memiliki rata-rata ukuran tubuh yang lebih besar dengan bulu leher yang lebih lebat dan panjang, dibandingkan dengan ayam hutan merah (sub-spesies murghii), dari dataran yang lebih rendah di selatan.

Satu-satunya sub-spesies ayam hutan merah yang paling kuat karakter fisiknya, adalah ayam hutan merah subspesies bankiva, dari Indonesia. Ciri fisik yang paling menonjol dari ayam ini adalah bulu leher yang pendek, dengan ujung bulu membulat (tidak runcing).

Akibat isolasi selama ribuan tahun, subspesies bankiva juga memiliki komposisi genetik unik,  yang agak jauh berbeda dari subspesies ayam hutan lainnya. Di duga, subspesies bankiva merupakan varian ayam hutan yang berumur lebih tua.

Salah satu kendala utama dalam usaha konservasi ayam hutan merah, adalah makin langkanya ayam hutan yang masih benar-benar berdarah murni atau asli. Hal ini disebabkan oleh adanya kontaminasi genetik dari sub-spesies ayam yang lain, terutama ayam kampung (Gallus gallus domesticus).
Perkawinan antara 2 subspesies ayam yang berbeda, dalam hal ini: ayam hutan merah vs ayam kampung, sangat mungkin terjadi, karena 2 ayam tersebut berasal dari satu spesies yang sama (Gallus gallus). Ayam hasil perkawinan silang (hybrid) ini, di Jawa dan Sumatera Selatan, dikenal sebagai ayam Brugo atau Bruga atau Bruge (istilah ayam Brugo akan terus kami gunakan dalam postingan kali ini).

Perkawinan silang (cross breeding) antara ayam hutan merah dengan ayam kampung, seringkali terjadi secara alami di tepi hutan yang berbatasan dengan pemukiman penduduk.

Dari sisi konservasi, “perselingkuhan” ini sangat merugikan, karena akan menurunkan kualitas genetik dan menyebabkan hilangnya sumber plasma nutfah asli, dari populasi ayam hutan di daerah tersebut. Kontaminasi gen ayam hutan oleh ayam kampung ini dikenal sebagai: polusi genetik.
Bagi kebanyakan orang, membedakan ayam jantan hasil kawin silang (Brugo) dengan ayam hutan jantan yang asli, agak sulit dilakukan, karena kedua ayam tersebut seringkali memiliki ciri fisik yang nyaris serupa. Meskipun demikian, sebagai burung liar,  ayam hutan asli masih memiliki ciri khusus yang tidak ditemukan pada ayam Brugo.

Ayam Hutan Merah Asli (idealnya memiliki ciri seperti ini)

 Profil ayam hutan asli yang ideal. Bentuk kepala kecil, jengger dan gelambir juga kecil, bulu lebat, mengkilap dan tersusun rapi. Kaki ramping abu-abu kebiruan. Ayam hutan tidak harus selalu bercuping putih. Pada gambar ayam hutan di atas, cuping telinga berwarna merah.

Berikut ini beberapa ciri-ciri ayam hutan asli yang kami kutip dari http://ayamhutan.tripod. com/junglefowl.html dan beberapa website lainnya. Jika salah satu saja, dari ciri ayam hutan yang diuraikan di bawah ini, tidak ditemukan pada tubuh ayam yang diperiksa, maka hampir dapat dipastikan, ayam tersebut adalah ayam Brugo .



a. Bentuk tubuh yang ramping

Ayam hutan yang masih berdarah murni (asli), memiliki bentuk tubuh yang ramping. Rata-rata ukuran tubuhnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan ayam kampung.Gerakannya gesit dan cepat. Memiliki kemampuan terbang yang baik. Kewaspadaan nya tinggi.  Kemampuan seperti ini sangat penting bagi ayam hutan yang hidup di alam liar, karena banyaknya ancaman dari hewan pemangsa.
Sebaliknya, ayam Brugo atau ayam kampung, memiliki tubuh yang lebih gempal, lebih berotot dengan bobot yang lebih berat.

Akibat proses domestikasi selama ratusan bahkan ribuan tahun, ayam kampung sudah tidak lagi memiliki ciri-ciri seperti ayam hutan. Ayam kampung boleh dikatakan, hidup di habitat yang lebih nyaman dan “modern”.

Ayam kampung tidak perlu bersusah payah mencari makanan, karena setidaknya pemiliknya akan memberi makan setiap hari. Jika tidak diberi makan, makanan sisa yang dibuang atau sumber makanan yang lain, juga masih dapat ditemukan dengan mudah di sekitar perkampungan/pemukiman.
Ayam kampung juga merasa lebih aman hidup dekat dengan manusia. Predator alami ayam hutan seperti kucing hutan, burung elang, ular, musang dan lain-lain, nyaris tidak ditemukan di sekitar perkampungan. Oleh sebab itu, kewaspadaan dan kemampuan terbang yang baik juga tidak diperlukan.

Banyaknya makanan dan kurangnya gerak, menyebabkan ayam kampung bertubuh lebih gempal dan lamban. Jika ayam kampung kawin dengan ayam hutan, gen gempal dari ayam kampung akan diturunkan ke ayam brugo. Itulah sebabnya, mengapa ayam Brugo tidak selangsing ayam hutan.

Perbedaan bentuk tubuh dari pejantan ayam kampung atau ayam Brugo (kiri) dengan ayam hutan merah (kanan).


b. Kepala,Jengger/Pial dan Pial berukuran kecil


Ayam hutan merah yang asli memiliki bentuk kepala yang kecil. Jenggernya selalu berpial bilah atau pial tunggal bergerigi yang tipis. Sepasang gelambir yang menggantung di dagu berukuran kecil. Cuping telinga juga kecil atau sedang, berwarna putih atau merah. Ayam hutan yang asli, tidak harus selalu bercuping putih (Gambar 12). 

Bulu leher ayam hutan sangat lebat dan berwarna lebih cerah. Warna jengger, gelambir dan muka terlihat agak pucat (merah jambu atau pink) di luar musim berbiak. Sedangkan saat musim kawin tiba, bagian muka, jengger dan gelambirnya berwarna merah cerah. Kemungkinan konsentrasi hormon reproduksi berpengaruh terhadap warna jengger ini.

Ayam kampung atau ayam Brugo, sebaliknya memiliki kepala, pial dan gelambir yang besar dan kasar. Bulu leher lebat dengan warna yang agak kusam. Perbedaan kepala ayam hutan jantan yang asli dengan ayam jantan Brugo dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Perbedaan kepala Ayam hutan jantan (kiri) dengan ayam kampung jantan atau ayam Brugo (kanan).

d. Terjadinya gugur bulu (moulting) di leher

Salah satu perbedaan yang paling menyolok dan sangat jelas antara ayam hutan asli dengan ayam hasil silangan (Brugo) adalah adanya periode gugur bulu (moulting) di leher,yang hanya ditemukan pada jenis ayam hutan asli.

Sebagai burung liar, ayam hutan jantan hanya memiliki bulu leher yang sangat lebat, selama musim berbiak/musim kawin saja. Selain musim itu, ayam hutan hanya memiliki bulu leher pendek berwarna hitam. Ayam Brugo atau ayam kampung tidak pernah mengalami periode gugur bulu leher seperti ini.

Pertumbuhan bulu leher pada ayam hutan asli. Ayam hutan jantan dengan bulu leher pendek berwarna hitam (kiri). Bulu leher yang mulai tumbuh (tengah). Bulu leher yang sudah tumbuh sempurna pada musim kawin (kanan). Ketiga ayam jantan di atas adalah ayam yang sudah dewasa sepenuhnya (bukan ayam muda). Perhatikan bentuk kepala dan jengger kecil yang menjadi ciri khas ayam hutan asli.

e. Bulu tubuh dan bulu ekor yang tersusun sangat rapi


Ayam hutan jantan yang asli memiliki susunan bulu ekor yang sangat rapi, teratur dan mengkilap. Hal ini sangat penting bagi pejantan, sebagai modal untuk menarik hati betina. Saat musim berbiak, betina biasanya akan jual mahal dan berusaha mencari pejantan berpenampilan paling trendy dan paling kuat untuk menjamin masa depannya.

Bulu tubuh jantan selalu ditelisik dengan teratur agar tetap rapi dan bersih bebas dari kutu. Warna bulu ekor pun selalu hitam bercampur hijau berkilauan. Bulu di pangkal ekor berwarna putih dan tumbuh lebih lebat.

Pada ayam hutan jantan, 4 pasang bulu penutup ekor yang paling luar (Gambar 4 yang dilingkari garis kuning) akan selalu tumbuh lebih kecil dan selalu lebih pendek dibandingkan bulu ekor utama. Sepasang bulu ekor yang paling atas, akan selalu tumbuh paling panjang dan melengkung, membentuk formasi bulan sabit yang indah.

Berbeda dengan ekor ayam hutan, ekor ayam jantan hasil silangan (ayam Brugo) atau ekor ayam kampung memiliki susunan yang tidak jelas, bahkan cenderung berantakan. Bulu penutup ekor yang terletak paling luar, seringkali tumbuh lebih panjang dari bulu ekor utama. Perbedaan bentuk ekor ini dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Bulu ekor ayam hutan asli (kiri) memiliki susunan yang teratur dan sangat rapi. Bulu penutup ekor terluar (yang tumbuh dekat bulu pangkal ekor yang putih) tidak pernah tumbuh melewati bulu utama. Bulu pangkal ekor yang putih pada ayam hutan asli juga lebih lebat. Pada ayam kampung (kanan), bulu ekor biasanya tumbuh tidak beraturan. Bulu penutup ekor terluar, seringkali tumbuh lebih panjang dari bulu ekor utama.


                                                      Jelas terlihat 4 helai bulu ekor samping


Ayam hutan asli memiliki ekor jurai/pipi maksimum hanya empat helai. Ekor ini sulit untuk dilihat jika kita memegang ayam hutan tersebut…tetapi dapat dilihat dengan jelas ketika ia sedang berjalan. ciri ini sangat tepat dan sebagai acuan oleh kebayakkan perternak ayam hutan (dua gambar diatasn adalah ayam hutan dan 2 gambar di bawah adalah ayam burgo)


 Terlihat ayam memiliki lebih dari 4 bulu ekor samping


 Terlihat ayam memiliki lebih dari 4 bulu ekor samping


f. Kaki lebih ramping berwarna abu-abu kebiruan


Ayam hutan jantan yang asli memiliki kaki yang ramping, selalu berwarna abu-abu gelap kebiruan, dengan taji yang meruncing alami dan melengkung indah. Sisik juga lebih halus .Pada ayam hasil silangan (Brugo) atau ayam kampung, kaki umumnya lebih besar dengan sisik yang kasar berwarna kekuningan atau kehitaman. Taji besar dan tumbuh tidak beraturan.

Kaki ayam hutan yang asli (kiri). Kaki ayam hasil silangan (Brugo) atau ayam kampung (kanan). 

g. Warna bulu yang lebih cerah dan mengkilap


Keindahan bulu bagi ayam hutan jantan sangatlah penting, dan menjadi salah satu modal utama untuk memikat betina. Warna ayam hutan yang sangat cerah ini, dapat ditemukan selama musim kawin atau musim berbiak.

Berbeda dengan ayam hutan, ayam kampung (ayam domestik) tidak mengenal musim berbiak. Unggas peliharaan ini dapat kawin setiap saat, kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja . Mungkin karena sifatnya inilah, sehingga selama ribuan tahun proses budidaya, dapat dihasilkan ratusan varian ayam dengan berbagai fungsi (petelur, pedaging, ayam hias) yang tersebar di seluruh dunia 

Terjaminnya suplai makanan, rasa aman dari pemangsa serta hilangnya sifat mengeram pada sebagian ras ayam domestik, memungkinkan ayam betina untuk bertelur nyaris setiap hari, sepanjang tahun. Ayam betina di dalam kandang sudah tak peduli lagi, apakah pejantan pasangannya termasuk ayam yang ganteng atau tidak, yang penting bisa “melaksanakan tugas” dengan baik. Jadi, dalam hal kawin mawin, bulu yang indah bagi pejantan ayam domestik, sudah tidak diperlukan lagi. Periode moulting atau rontoknya bulu leher pun, tidak dikenali lagi oleh ayam domestik.

Perhatikan bulu ekornya yang tersusun rapi, serta bulu lehernya yang lebat dan mengkilap 


h. AYAM HUTAN BETINA


Ayam hutan betina yang asli, tidak pernah memiliki jengger dan gelambir sedikit pun.Kalaupun ada, ukurannya sangat kecil. Wajah berwarna merah jambu (pink) dengan warna bulu coklat kuning keemasan yang melingkar di sekeliling wajah. Bulu leher berwarna hitam dengan tepi bulu berwarna kuning emas yang tipis. Penutup telinga berwarna kuning kecoklatan. Bulu dada berwarna coklat emas kemerahan. Kepala ayam hutan betina yang asli dapat dilihat pada Gambar (kiri) di bawah ini.

Ciri spesifik ayam hutan betina. Kepala ayam hutan betina yang asli (kiri), kepala betina Brugo dengan warna bulu berwarna putih keperakan (tengah), kepala betina Brugo dengan jengger/pial dan sepasang gelambir serta warna bulu leher yang lebih cerah (kanan).
contoh fisik betina ayam hutan asli sumber 









i. Status Konservasi 

IUCN Red List Status spesies - bimbang

Di klasifikasikan sebagai Least Concern (LC) pada Daftar Merah IUCN 2007 (1) .