Jumat, 09 Desember 2016

Ayam Merawang Imigran Yang Menetap di Bangka

ASAL USUL AYAM MERAWANG



Ayam merawang adalah ayam lokal dari spesies Gallus-gallus, family Phasianidae. Pertama kali ayam Merawang dibawa oleh penambang timah dari daratan Cina ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda sekitar 300 tahun lalu. Dalam perkembangannya ayam ini sudah beradaptasi di daerah setempat sehingga ayam Merawang menjadi ayam lokal yang berasal dari Desa Merawang Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dan merupakan sumber genetik serta aset masyarakat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dapat dimanfaatkan dan harus dilestarikan.

Ayam Merawang berasal dari Kecamatan Merawang di Pulau Bangka, Propinsi Bangka Belitung.
Ayam ini didominasi warna cokelat, merah dan kuning keemasan, dengan bulu-bulu columbian (warna bagian ujung sayap dan ekor berwarna hitam). Warna kulit paruh dan ceker (shank) putih atau kekuningan, sedangkan warna mata kuning.

Ayam Merawang diduga pertama kali dibawa oleh imigran asal China daratan yang bekerja sebagai penambang timah pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Sepintas, bentuk ayam Merawang yang bertumbuh gempal ini mirip dengan ayam Lingnan dari China.

Beberapa ciri ayam Merawang diantaranya adalah Jengger jantan berbentuk wilah tunggal (single comb) berukuran besar, tegak, terbagi menjadi 6-7 gerigi yang meruncing . Bobot badan dewasa jantan sekitar 1,8─2,7 kg dan betinanya sekitar 1,2─1,7 kg.


Ayam Lingnan dari China (kiri) dan Ayam Merawang asal Pulau Bangka (kanan)

KEUNGGULAN AYAM MERAWANG


Ayam Merawang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai ayam dwiguna penghasil telur dan daging. Bila dibandingkan dengan ayam kampung biasa, produksi telur lebih tinggi rata-rata 165/butir/ekor/tahun, sedangkan ayam lokal lainnya hanya 40-60 butir/ekor/tahun. Bobot badan ayam Merawang betina berkisar 1,35 -2,5 kg/ekor dan bobot badan ayam Merawang jantan berkisar antara 1,9-3,1 kg/ekor. Di sisi lain jenis ayam ini memiliki nilai estetika yang tinggi, khususnya untuk masyarakat Tionghoa yang masih mayoritas di Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki tradisi upacara keagamaan yang terjadi empat kali dalam setahun.

Sejalan dengan berkembangnya masyarakat keturunan Tionghoa di Kepulauan Bangka Belitung, ayam Merawang ikut berkembang dan selanjutnya sudah memiliki daya adaptasi lokal dengan kondisi agroekosistem yang ada di wilayah Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan data Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011 sebaran ayam Merawang yang terlihat jelas ada di 3 kabupaten yaitu: Bangka (8.156 ekor), Bangka Tengah (3.717 ekor) dan Kota Pangkalpinang (1.924 ekor).

Apabila dipelihara secara intensif ayam Merawang betina bertelur pertama kali pada umur 5,5 bulan dengan bobot telur berkisar antara 38-45 g dan produksi telur dapat mencapai 120-125 butir/ekor/tahun. Pertumbuhan ayam Merawang juga relatif cepat, berat tubuh ayam jantan dapat mencapai 2,0-3,0 kg per ekor pada umur 9-12 bulan. Keunggulan lainnya adalah lemak yang rendah dibanding unggas lain dan nilai gizi telur yang cukup baik.

KARAKTERISTIK AYAM MERAWANG


Secara fisik ayam Merawang tidak jauh berbeda dengan ayam kampung lainnya. Ayam ini mempunyai punggung agak panjang, bentuk dada lurus mengikuti garis leher, dan sayap rapat dengan sisi badan. Sementara perut agak dalam dan lebar serta berbentuk seperti segitiga. Kepala ayam Merawang lonjong dengan paruh cukup panjang dan agak melengkung. Selain itu, terdapat jengger yang berbentuk tunggal (single) dan pial ganda. Ukuran jengger dan pial jantan lebih besar dari betina dan berwarna cerah. Sementara kaki, kulit, dan paruhnya berwarna kuning. Mata ayam Merawang jernih dan paruh berbentuk runcing atau tajam. Postur tubuh jantan besar dan tegap, betina lebih kecil dan kompak yang menunjukkan ciri sebagai petelur produktif dan pedaging yang baik.

PRODUKTIVITAS AYAM MERAWANG


Ayam Merawang memiliki pertumbuhan yang relatif cepat. Bila dipelihara secara intensif, berat tubuh ayam jantan dapat mencapai 2,0-3,0 kg per ekor pada umur 9-12 bulan, sedangkan ayam jantan kampung pada umur yang sama umumnya 1,5-2 kg per ekor. Pada umur 12 minggu, saat panen, berat badan ayam Merawang dapat mencapai sekitar 1 kg per ekor. Pertumbuhan berat badan yang cepat ini sangat penting untuk pengusahaan sebagai ayam pedaging. Bobot Badan ayam Merawang betina berkisar 1,35-2,5 kg/ekor dan bobot badan ayam Merawang jantan berkisar antara 1,9-3,1 kg/ekor. Keunggulan ayam ini adalah sebagai produksi telur dan daging.

Ayam Merawang betina bertelur pertama kali pada umur 5,5 bulan. Bobot telur berkisar antara 38-45 g. Produksi telur dapat mencapai 120-125 butir/ekor/tahun . Produksi telur ayam merawang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam lokal yang lainnya yaitu sebesar 54,42 % .

POTENSI PENGEMBANGAN AYAM MERAWANG


Sebagai sumber daya plasma nutfah, ayam merawang sangat potensial untuk dikembangbiakan baik dalam skala kecil maupun komersial sehingga dapat membantu pemenuhan protein hewani secara mandiri serta meningkatkan pendapatan petani. Pengembangan ayam merawang masih sangat menjanjikan khususnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hingga bulan mei 2015 harga ayam merawang khususnya di pasar pangkalpinang mencapai Rp. 55.000,-/kg (ayam ditimbang masih hidup).

Kebutuhan konsumen pada telur dan daging ayam merawang sangat tinggi. Kosumen beranggapan bahwa mengkonsumsi produk olahan yang berasal dari ayam kampung lebih menyehatkan dibandingkan dengan produk olahan ayam pedaging atau ayam broiler. Sehingga permintaan konsumen akan daging dan telur ayam merawang tidak pernah turun cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pengembangan ayam merawang masih sangat besar dan terbuka luas bagi petani untuk mengembangkannya.




persilangan ayam merawang dengan ayam pelung Cianjur.

Karakteristik :

a. sifat kualitatif (dewasa) :


  1. warna bulu : Dominan cokelat, merah dan kuning keemasan, dengan bagian sayap dan ekor hitam.
  2. kepala : Lonjong.
  3. jengger : Jengger tunggal merah dan bergerigi dengan jumlah 5-9.
  4. pial : Ganda merah.
  5. paruh : Kuning, panjang dan agak melengkung.
  6. badan : Jantan: besar dan tegap, punggung agak panjang, bentuk dada lurus mengikuti garis leher, dan sayap rapat dengan sisi badan, sementara perut agak dalam dan lebar dan berbentuk segitiga. Betina: lebih kecil dan kompak.
  7. kaki : Berwarna kuning, spesifik lagi pada kaki terdapat warna merah yang membayang.
  8. kulit dan daging : Berserat, tidak liat serta berwarna kuning dan putih kemerahan.

b. Sifat kuantitatif (dewasa):



  1. bobot badan : Jantan: 1,9-3,1 kg. Betina: 1,4-2,5 kg.
  2. bobot telur : 38-45 gram.
  3. produksi telur : 125 butir/tahun.
  4. konsumsi pakan : Dewasa, 93,3±2,1 gram/ekor/hari.
  5. kepala : Jantan: panjang 7,3±0,2 cm, tinggi 5,1±0,2 cm. Betina: panjang 6,4±0,2 cm, tinggi 4,6±0,2 cm.
  6. jengger : Jantan: panjang 11,5±0,5 cm tinggi 3±0,1 cm. Betina: panjang 6,5±0,2 cm, tinggi 2,3 ± 0,7 cm. 
  7. paruh : Jantan: panjang 4,2±0,2 cm, lebar 1,5±0,1 cm. Betina: panjang 3,7±0,3 cm, lebar 1,4±0,1 cm. 
  8. dada : Jantan: panjang 11,8±0,7 cm, lingkar dada 33,8±2,2 cm. Betina: panjang 11,7±1,7 cm, lingkar dada 31±1,2 cm.

c. Sifat reproduksi 

  1. umur dewasa kelamin : 6±1 bulan.
  2. umur bertelur pertama : 5,5±0,3 bulan



Sumber 

  1. SK KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2846/Kpts/LB.430/8/2012
  2. Foto Dinomarket