Minggu, 10 September 2017

KISAH DIBALIK SEBUNGKUS BAYCLIN



Semuanya dimulai 3 tahun yang lalu. Saat ada wabah bebek se Indonesia pada tahun 2013, saya curiga kenapa bebek bisa mati karena flu burung?. Sejak dulu, bebek tidak mati karena flu burung, dan bersifat carrier terhadap virus flu. Sehingga bebek sakit ataupun sehat, pasti positif flu burung jika diuji dengan uji hemaglutinasi maupun PCR.

Kemudian saya melakukan penelitian sendiri yang menghabiskan dana pribadi sebesar 18 juta rupiah. Dan berhasil menemukan 3 virus penyebab wabah bebek tersebut, yaitu:
1. H5N1 (membunuh ayam saja).
2. DVH - Duck Virus Hepatitis (membunuh hanya bebek kecil < 2 bulan).
3. HxNx (membunuh bebek semua umur tapi tidak membunuh ayam).

Saat saya melaporkan hasil penelitian ini, semua peneliti menertawakan saya, saya dianggap orang gila, karena temuan yang dianggap aneh, dan bahkan sampai menggunakan dana pribadi. Alhamdulillah sampai sekarang pun saya masih dianggap orang gila.

Usulan saya untuk membuat vaksin menggunakan 3 macam virus tersebut pun di tolak mentah-mentah. Karena semua penyakit ayam ataupun bebek, HARUS flu burung.

Data gejala klinis, uji hemaglutinasi, patologi, perbandingan embryo, elektron mikroskop, PCR, sequence dari University of Adelaide-Australia, bahkan postulat koch tentang DVH sama sekali tidak digubris. Sampai akhirnya saya harus berkelahi dengan para pejabat.

Gejala klinis DVH: Posisi kematian anak bebek opistothonus (kaki belakang tertarik dan kepala mendongak ke atas) dan ada spot pendarahan di hati.

Setelah ribut-ribut penanganan pemberantasan wabah flu bebek, dugaan gila saya pun terbukti, ternyata kematian tetap terjadi hingga saat ini, terutama pada bebek-bebek kecil dengan hasil uji negatif AI/Flu burung.

Saat itu saya berpikir, jika saya tidak bisa (tidak boleh) mencegah penyakit DVH dengan vaksin, paling tidak saya bisa membunuh virus yang menyebar agar tidak menular ke bebek lain.

Dikarenakan sering tidak adanya bantuan yang bisa diandalkan ketika terjadi wabah, lalu saya melakukan penelitian baru untuk mencari desinfektan/pembersih apa yang bisa membunuh 3 virus itu secara langsung, yang pemakaiannya gampang, dan mudah di dapat. Dengan pertimbangan saya adalah peternak bebek harus bisa mandiri melakukan sterilisasi kandang.

Kemudian saya melakukan penelitian pribadi yang menghabiskan dana sebesar 5 juta rupiah (lagi-lagi dengan dana pribadi dan sedikit sumbangan) untuk mencari desinfektan yang sesuai.

Akhirnya saya menemukan desinfektan yang sesuai dan efisien untuk membunuh virus beramplop dalam waktu singkat, seperti virus H5N1, HxNx dalam waktu 3 menit dan DVH dalam waktu 5 menit setelah penyemprotan. Cara ini pun aman, walaupun penyemprotan dilakukan ketika ada bebek di dalam kandang.

Cara tersebut adalah dengan menggunakan bayclin (pemutih pakaian) yang di campur dengan air. Perbandingan bayclin dengan air adalah 1:9, misal 1 gelas bayclin di campurkan dengan 9 gelas air, lalu di semprotkan ke kandang

Temuan ini juga saya laporkan, dan lagi-lagi di tertawakan, terutama oleh para pakar flu burung, karena hasil temuannya dianggap terlalu sederhana untuk mengatasi wabah penyakit, meskipun penelitian ini telah berhasil meluluskan 2 mahasiswa dari Univeristas Pancasila, Jakarta. 

Pemutih pakaian yang mudah dibeli di mana saja dan mampu membunuh virus-virus penyebab wabah bebek

Pada tahun 2014, saya diminta tolong oleh peternak bebek di Banaran, Kulonprogo untuk menangani wabah bebek di wilayah mereka. Saya langsung berangkat hari itu juga dari bogor, dengan mengabaikan perintah untuk menunggu 2 hari lagi hingga para pejabat selesai rapat.

Karena menurut saya, wabah adalah kondisi darurat yang harus ditangani secepatnya. Kami tinggal selama 3 hari di kandang bebek saat wabah, untuk mengambil sampel, menganalisa, dan menangani sterilisasi kandang hingga kematian bebek berhenti.

Kematian hanya terjadi pada bebek kecil dan bebek dewasa, ayam kampung tidak ada yg mati, hasil uji cepat negatif flu burung. Hasil nekropsi, pola kematian, PCR dan sequence positif DVH.

Sterilisasi kandang menggunakan bayclin dan di campur dengan air (1:9) disertai dengan pemberian vitamin dan gula jawa untuk meningkatkan stamina dan kekebalan bebek muda.

Setelah 3 hari kematian berhenti, kami kembali ke Bogor. Saat laporan diberikan, saya dianggap bersalah sampai harus di sidang, karena pergi tanpa izin serta menyalahi prosedur (lagi-lagi berakhir dengan perkelahian).

Meskipun sejak kedatangan kami, semua peternak di wilayah Banaran melakukan penyemprotan Bayclin setiap ada wabah, dan sampai sekarang tidak ada lagi wabah yg terjadi disana, padahal sejak lama Banaran dikenal sebagai pusat wabah banyak penyakit seperti flu burung & ND.

Wabah kematian bebek muda di Banaran tanpa disertai kematian bebek dewasa dan ayam kampung dengan hasil uji cepat negatif flu burung

Pada tahun 2016, setelah saya memposting berita tentang penanganan wabah bebek/ayam secara gratis di Facebook, saya memeproleh banyak sekali respon dan banyak berita wabah yang harus ditangani.

Tiga hari setelah postingan di sebar, dana saya di stop, dengan alasan kesalahan prosedur. Sementara saya harus bertanggung jawab menangani wabah seperti yang saya janjikan. Sekali lagi saya mengambil keputusan bodoh dengan menjual barang-barang saya di rumah untuk membeli bahan uji lab dan sedikit obat serta desinfektan untuk peternak yang mengalami wabah. Dan sekali lagi juga saya ditertawakan karena masih mau menggunakan dana pribadi.

Kali ini saya tidak berminat berkelahi lagi dan hanya fokus ke penanganan penyakit. Untuk kandang yang dekat dengan Bogor seperti di Bojong gede saya masih bisa datang dengan motor busuk saya, dan Alhamdulillah bisa menangani penyakit & menurunkan kematian dalam waktu 3 hari.

Anak bebek yang kembali sehat di Bojong Gede setelah 3 hari penanganan penyakit

Karena keterbatasan, sementara untuk wabah di Nanggulan, Godean Yogyakarta, dan di Bandung saya hanya bisa memandu lewat Facebook dan WA, dengan cara berkomunikasi serta bertukar foto dan info saat kematian terjadi.

Bayclin masih menjadi pilihan termudah untuk penanganan wabah penyakit dengan dosis/takaran yang tepat. Saya juga masih tetap berusaha membantu para peternak baik ayam maupun bebek semampu saya - dengan atau tanpa bantuan pihak lain.

Karena hanya ini yang bisa saya lakukan dan karena saya terlalu bodoh untuk mengerti, kenapa pihak yang seharusnya bisa membantu peternak se Indonesia, sulit sekali bertindak dan lebih senang rapat di hotel mewah 

Bogor, 21 Oktober 2016

Terima kasih kepada semua peternak bebek dan ayam yang sudah bersedia berteman di Facebook, semoga saya bisa punya kesempatan untuk membantu jika diperlukan.