Jumat, 30 Juni 2017

AYAM HASIL PERSILANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN USAHA TERNAK UNGGAS DJOKO PRAMONO


Ayam kampung merupakan komoditas ternak unggas yang paling dekat dengan kehidupan masyarakat di pedesaan. Sebagian besar keluarga memelihara ayam kampung untuk tambahan pendapatan, tetapi pemeliharaanya secara umum masih dilakukan dengan ekstensif (umbaran). Oleh karena itu sangat rentan terhadap serangan/wabah penyakit yang dapat menimbulkan kematian dalam jumlah banyak. Permasalahan pokok lainnya adalah rendahnya produktivitas, sehingga perkembangannya sangat lambat. Dilain pihak produk ayam kampung yang berupa daging dan telur diminati oleh konsumen.

Ayam hasil persilangan antara ayam kampung jantan dengan ayam ras petelur betina (hibrida) dapat dijadikan alternatif sebagai substitusi dalam rangka memenuhi permintaan daging ayam kampung. Keunggulanya: 1) dapat diproduksi/diusahakan dalam skala besar, 2) umur panen singkat (2 – 2,5 bulan), 3) cita rasa dagingnya mirip ayam kampung. Pada pemeliharaan intensif, sampai umur 60 hari dapat menghasilkan rata-rata bobot badan 0,85 kg. Masalah yang masih muncul adalah warna bulu, sekitar 40% warna bulunya masih dominan seperti induknya (coklat) sehingga sementara waktu dapat mempengaruhi harga di pasaran. Penelitian lanjutan masih perlu dilakukan untuk mendapatkan ayam hasil persilangan yang warna bulunya dominan menyerupai ayam kampung.

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI PERSILANGAN PADA AYAM KAMPUNG

Penerapan teknologi persilangan antara ayam kampung dengan ayam starin lain adalah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas. Hal tersebut dilakukan karena kemampuan produksi ayam kampung yang rendah dan tingkat kematian yang tinggi. Hasil penelitian GULTOM et al., 1989 dan DIRDJOPRATONO et al., 1995, menunjukkan bahwa ayam kampung yang dipelihara secara intensif produksi telurnya hanya berkisar 25 – 36 butir/ekor/16 minggu. Selain itu, untuk mencapai bobot badan siap potong (0,9 – 1,0 kg) memerlukan waktu 4 – 5 bulan. Faktor lain yang yang menghambat perkembangan ayam kampung adalah tingginya angka kematian, pada pemeliharaan ekstensif dapat mencapai sekitar 67% (YUWANTO et al., 1982).

POTENSI PENGEMBANGAN AYAM HASIL PERSILANGAN (HIBRIDA)

Keunggulan ayam hibrida Disini yang dimaksud dengan ayam hasil persilangan adalah keturunan dari persilangan antara ayam kampung jantan dengan ayam petelur betina. Untuk sementara ayam hasil persilangan ini disebut dengan ayam hibrida. Tujuannya untuk menghasilkan ayam potong yang diharapkan mampu mensubstitusi akan tingginya permintaan daging ayam kampung. Keunggulan ayam ini mampu diproduksi dalam jumlah banyak dengan umur yang seragam, sedangkan pertumbuhannya lebih cepat dibanding ayam kampung asli. Pada pemeliharaan intensif, umur 60 hari rata-rata bobot badannya dapat mencapai 0,85 kg, sedangkan ayam kampung hanya 0,50 kg (MURYANTO, 2005). Informasi dari beberapa peternak yang telah memelihara ayam ini mengatakan bahwa tingkat kematianya relatif rendah (sekitar 5%). Penyebab kematian yang menonjol adalah saling mematok antar individu (kanibal), tetapi dapat diatasi dengan potong paruh dan mengelompokan berdasarkan ukuran tubuh. Berdasarkan uji karkas dan uji rasa yang telah dilakukan hasilnya menunjukkan bahwa tampilan karkasnya mirip dengan ayam kampung. Setelah dimasak dengan bumbu dan jenis masakan yang sama (goreng) ternyata para panelis tidak bisa membedakan antara ayam hibrida dengan ayam kampung. Keunggulan lainnya adalah mudah beradaptasi dengan lingkungan dan apabila diusahakan dalam jumlah besar tidak menutup kemungkinan dapat mendukung program pencukupan daging yang telah dicanangkan oleh pemerintah

KESIMPULAN

 Berdasarkan hasil-hasil pengkajian dan proses pengembangan yang telah berjalan selama ini maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara teknis persilangan antara ayam kampung jantan dengan ayam ras petelur betina dapat dilakukan secara efisien dengan memanfaatkan teknologi inseminasi buatan (IB), karena dengan sistem flock banyak telur yang pecah/ dipatok.

2. Ayam hasil persilangan (hibrida) dapat diusahakan dalam skala kecil sampai besar, karena secara teknis telur tetas maupun DOC dapat diproduksi berdasarkan permitaan.

3. Secara ekonomi usaha pembesaran ayam hasil persilangan (hibrida) masih menguntungkan, karena waktunya tidak terlalu lama (2 - 2,5 bulan).

4. Tidak menutup kemungkinan apabila sudah diusahakan dalam skala besar (komersial) ayam hasil persilangan ini dapat mendukung program kecukupan daging.

5. Kegiatan pengkajian masih perlu dilanjutkan untuk mendapatkan keturunan ayam yang lebih mendekati/mirip ayam kampung, khususnya mengenai warna bulu yang masih sering muncul menyerupai induknya.

File doc Lengkap baca di Litbang