Sabtu, 10 Desember 2016

MENGENAL DAUN KATUK

Daun Katuk (Sauropusandrogynus) merupakan salah satu jenis tanaman semak yang tergolong dalam suku jarak-jarakan (Euphorbiaceae), dengan ketinggian tanaman mencapai 2-3 m. Katuk dapat tumbuh pada dataran rendah yaitu pada ketinggian 0-1500 m diatas permukaan laut (Eniza, 2005).

 Toksonomi tanaman Katuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom         :  PlantaeDivisi               :  MagnoliophytaKelas               :  Magnoliopsida
Ordo                :  Malpighiales
Famili              :  Phyllanthaceae
Genus              :  Sauropus
Spesies            :  Sauropus
 androgynus

Nama daerah:

Memata (Melayu)
Simani (Minangkabau)
Katuk (Sunda)
Kebing dan Katukan (Jawa)
Kerakur(Madura)

  Ciri-ciri tanaman katuk adalah cabang-cabang agak lunak, daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm, dan lebar 1,25-3 cm. Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tanaman obat-obatan tradisionil yang mempunyai (kandungan daun katuk) zat gizi tinggi, sebagai antibakteri, dan mengandung beta karoten sebagai zat aktif warna karkas (Sri Subekti, 2006).

 Kandungan Daun Katuk antara lain juga senyawa fitokimiaseperti : saponin, flavonoid, dan tanin, isoflavonoid  yang menyerupai estrogen dan ternyata mampu memperlambat dalam berkurangnya massa tulang (osteomalasia), sedangkan saponin terbukti berkhasiat sebagai antikanker, antimikroba,dan meningkatkan sistem imun dalam tubuh (Sri Subekti, 2008).


  Daun Katuk juga kaya akan besi, provitamin A dalam bentuk β-carotene, vitamin C, minyak sayur, protein dan mineral lainnya. Daun katuk tua terkandung air 10,8%, lemak 20,8%, protein kasar, 15.0%, serat kasar 31,2%, abu 12,7%, dan BETN 10.2%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tepung daun katuk mengandung air 12%, abu 8,91%, lemak 26,32%, protein 23,13%, karbohidrat 29,64%, β-carotene (mg/100 g) 165,05 dan energi (kal) 134,10. Pemelitian lain menyebutkan, Kandungan daun katuk per 100 g mempunyai komposisi protein 4,8 g, lemak 1 g, karbohidrat 11 g, kalsium 204 mg, fosfor 83 mg, besi 2,7 mg, vitamin A 10370 SI, vitamin B1 0,1 mg, vitamin C 239 mg, air 81 g. Daun katuk mengandung khlorofil yang cukup tinggi, daun tua 65,8 spa d/mm2, daun muda 41,6 spa d/mm2 dapat digunakan sebagai pewarna alami memberi warna hijau. Selain kandungan daun Katuk seperti zat-zat gizi tersebut di atas, daun katuk juga mengandung senyawa metabolik sekunder yaitu monomrthyl succinate dan cis-2-methyl cyclopentanol asetat (ester), asam benzoat dan asam fenil malonat (asam karboksilat), 2-pyrolodinon dan methyl pyroglutamate (alkaloid), saponin, flavonoid dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut sangat penting dalam metabolisme lemak, karbohidrat dan protein dalam tubuh (Rona, 2012).

PENERAPAN TEKNOLOGI

Berikut adalah prosedur pembuatan tepung daun katuk  (Wiradimadja, dkk., 2010) :
Alat, Bahan dan Prosedur :
Alat : 
Ø Ember
Ø Oven
Ø Mesin Penggiling
Ø Ayakan
Ø Wadah tertutup (Toples)
       Bahan :
Ø Daun Katuk
      Prosedur :
·        Dipetik daun katuk
·        Dijemur 1-2 hari
·        Dioven suhu 500C selama 24 jam
·        Digiling dengan penggiling tepung
·        Disaring dengan ayakan tepung
·        Disimpan di dalam toples dan ditutup rapat agar awet


Daun Katuk
Tepung Daun Katuk

Tata cara pemberian tepung daun katuk dalam ransum :
·        Tepung daun katuk langsung diberikan pada ayam
·        Tepung daun katuk dicampur dengan ransum
·        Tepung daun katuk dicampur dengan minum


EVALUASI
      Perbandingan ayam yang diberi dan tidak diberi tepung daun katuk (Mide, dkk.,2013; Saleh, dkk., 2005; Santoso, 2007 dan Zain, 2011) :
·        Rasa daging lebih baik
·        Daging tidak terlalu amis
·        Warna kulit lebih kuning
·        Daging tidak terlalu berlemak
·        Warna kuning telur lebih kuning
·        Produksi telur lebih tinggi


Daftar Pustaka

Andriyanto, Agik Suprayogi, Aryani S. Satyaningtijas. 2010. Pengaruh penambahan tepung daun katuk (Sauropus androgynus) dalam pakan ayam broiler terhadap kecernaan pakan, bobot badan, dan produksi cairan empedu. Majalah Ilmu Faal Indonesia, Vol. 9, No. 2, pp. 29-34

I. M, Hidayat dan Murtiningsih E. 2012. Uji kandungan zat besi, vitamin A, dan antioksidan pada 53 aksesi koleksi sayuran. Prosiding Seminar Nasional Buku 1, Vol. 1, No. 1,  pp. 73-78

Kususiyah. 2011. Performans pertumbuhan ayam peraskok sebagai ayam potong belah empat serta nilai income over feed and chick cost.   Jurnal Sain Peternakan Indonesia, Vol. 6, No. 2, pp.83-87

Latipudin, Diding dan Andi Mushawwir. 2011. Regulasi Panas Tubuh Ayam Ras Petelur Fase Grower dan Layer. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, Vol. 6, No. 2, pp. 77-82

Masni, Arif Ismanto, Maria Belgis. 2010. Pengaruh penambahan kunyit (Curcuma domestica Val) atau temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dalam air minum terhadap persentase dan kualitas organoleptik karkas ayam broiler. Jurnal Teknologi Pertanian, vol. 6, no. 1, pp. 7-14

Mide, M. Zain, Harfiah. 2013. Pengaruh penambahan tepung daun katuk (Saoropus androgynus) dalam ransum berbasis pakan lokal terhadap performans broiler. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, vol. 9, no. 1, pp. 18-26

Nahak, Gayatri. 2010. Free radical scavenging activity of multi-vitamin plant (Sauropus androgynus L. Merr). Researcher, vol. 2, no. 11, pp. 6-14

Putranto, Heri D. 2011. Pengaruh suplementasi daun katuk terhadap ukuran ovarium dan oviduk serta tampilan produksi telur ayam burgo. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, vol. 6, no. 2, pp. 103-114

Saleh, Eniza, Jeffrienda Dwi N. S. Y. P. 2005. Pengaruh pemberian tepung daun katuk terhadap performans ayam broiler. Jurnal Agribisnis Peternakan, vol. 1, no. 1, pp. 14-16

Santoso, Urip. 2007. Pengaruh penambahan ekstrak daun katuk terhadap kualitas telur dan berat organ dalam. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, vol. 2, no. 1, pp. 5-10

Santoso, U., Kususiyah, Y. Fenita. 2010. The effect of Sauropus androgynus extract and lemuru oil on fat deposition and fatty acid composition of meat in broiler chickens. J.Indonesia Trop.Anim.Agric, vol. 35, no. 1, pp. 48-54

Santoso, U., T. Suteky, Heryanto, Sunarti. 2002. Pengaruh cara pemberian ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus) terhadap penampilan dan kualitas karkas ayam pedaging. JITV, vol. 7, no. 3, pp. 144-149

Santoso, U., T. Suteky, Y. Fenita. 2010. Effect of supplementation of alkaloid and non alkaloid from Sauropus androgynus leaves on egg production and lipid profil in layer chicken. Animal Production, vol. 12, no. 3, pp. 184-189

Subekti, Sri, S. S. Sumarti, T. B. Murdiati. 2008. Pengaruh daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr) dalam ransum terhadap fungsi reproduksi pada puyuh. JITV, vol. 13, no. 3, pp. 167-173

Subekti, Sri, Wiranda G. Piliang, Wasmen Manalu, dkk. 2006. Penggunaan Tepung Daun Katuk dan Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus L. Merr). Sebagai Substitusi Ransum yang Dapat Menghasilkan Produk Puyuh Jepang Yang Rendah Kolesterol. Fakultas Peternakan. IPB: Bogor. 11(4): 254-259.

Wila, Rona Pradikta, Osfar Sjofjan, Irfan H.Djunaidi. 2012. Effect of katuk wheat leaves (sauropus androgynus l.merr) feeding on Blood profile of lactating period new zealand white rabbit. Fakultas Peternakan. Univesitas Brawijaya: Malang.

Zain, Basyaruddin. 2011. Pengaruh penggunaan ekstrak daun katuk minyak ikan lemuru dan vitamin E terhadap performans dan kualitas daging ayam broiler. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, vol. 6, no. 2, pp. 89-95