Oleh : Rina Yunita
Fakultas Pertanian
Jurusan Peternakan Universitas Bengkulu
Abstrak
Dalam mengelola usaha
peternakan, ransum seringkali menjadi kendala yang dihadapi oleh peternak
karena harganya yang mahal. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan
tersebut yaitu dengan pemanfaatan bahan pakan yang mudah diperoleh, ekonomis,
mempunyai kandungan gizi yang cukup baik, dan tidak mengganggu produksi serta
kesehatan ternak itu sendiri. Salah satu bahan pakan yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan penyusun ransum yaitu ampas tahu. Ampas tahu merupakan salah satu
bahan pakan yang masih cukup baik dan potensial untuk digunakan sebagai bahan
penyusun ransum. Menurut Rahman (1993), ampas tahu dalam bentuk aslinya dapat
menimbulkan dampak atau permasalahan lingkungan, karena hasil degradasinya
dapat menimbulkan persenyawaan yang berbau busuk jika ampas tahu tidak
dimanfaatkan. Ampas tahu memiliki kandungan protein dari pemerasannya sebesar
17% dari jumlah protein yang terdapat dalam kedelai dan protein yang terdapat
dalam ampas tahu sebesar 6%. Ampas tahu sebagai makanan ternak dapat diberikan
dalam bentuk tepung atau dapat diberikan dalam bentuk basah. Dari hasil
analisis kimia pakan, ampas tahu mengandung protein kasar sebesar 21,29%, lemak
9,96%, serat kasar 19,94%, energi metabolis 1800 kkal/kg, kalsium 0,14% dan
phospor 1,13% (Airirsyah, 2001).
Kata kunci : ampas tahu,
ransum, nilai gizi, entok, puyuh, ruminansia
Pendahuluan
Ransum seringkali menjadi kendala dikarenakan harganya yang mahal. Sementara
itu biaya ransum yang harus dikeluarkan oleh peternak bisa mencapai 80% dari
biaya produksi (Listiowati dan Roospitasari, 1992). Tingginya harga pakan ini
disebabkan oleh mahalnya harga bahan potensial penyusun pakan yang umumnya
merupakan sumber protein yang bersaing dengan kebutuhan manusia. Untuk
memecahkan masalah tersebut dapat dilakukan dengan menyusun ransum sendiri
melalui pemanfaatan bahan pakan yang mudah diperoleh, harga lebih murah,
mempunyai kandungan gizi yang cukup baik, dan juga tidak mengganggu produksi
serta kesehatan ternak itu sendiri (Mairizal, 1991).
Salah satu bahan pakan
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusun ransum adalah ampas tahu. Ampas
tahu merupakan sisa hasil pembuatan tahu yang memiliki kandungan gizi yang
cukup baik dengan protein kasar sekitar 21,29% (Airirsyah, 2001). Menurut
Sudigdo (1983), amapas tahu dapat diawetkan dengan mengubahnya menjadi tepung.
Ampas tahu diperoleh dari hasil pembuatan tahu yang dimulai dari perendaman
kedelai selama 24 jam, kemudian dicuci dan digiling. Hasil gilingan kedelai itu
merupakan bubur pada proses pembuatan tahu yang kemudian dimasak lebih kurang
10 menit dan disaring sehingga diperoleh bagian filtrat yang berupa susu
kedelai dan ampas tahu (Sudigno, 1983). Ampas tahu dalam bentuk aslinya dapat
menimbulkan dampak atau permasalahan lingkungan karena hasil degradasinya dapat
menimbulkan persenyawaan yang berbau busuk jika ampas tahu tidak dimanfaatkan.
Potensi ampas tahu cukup
tinggi, kacang kedelai di Indonesia tercatat pada Tahun 1999 sebanyak 1.306.253
ton, sedangkan Jawa Barat sebanyak 85.988 ton. Bila 50% kacang kedelai tersebut
digunakan untuk membuat tahu dan konversi kacang kedelai menjadi ampas tahu
sebesar 100-112%, maka jumlah ampas tahu tercatat 731.501,5 ton secara nasional
dan 48.153 ton di Jawa Barat. Potensi ini cukup menjanjikan sebagai bahan pakan
ternak. Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai
yang diperas dan tidak berguna lagi dalam pembuatan tahu dan cukup potensial
dipakai sebagai bahan makanan ternak karena ampas tahu masih mengandung gizi
yang baik dan dapat digunakan sebagai ransum ternak besar dan kecil. Penggunaan
ampas tahu masih sangat terbatas bahkan sering sekali menjadi limbah yang tidak
termanfaatkan sama sekali (Wiriano 1985). Ampas tahu dalam keadaan segar
berkadar air sekitar 84,5% dari bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat
menyebabkan umur simpannya pendek. Ampas tahu kering mengandung air sekitar
10,0-15,5%, sehingga umur simpannya lebih lama dibandingkan dengan ampas tahu
segar (Widyatmoko,1996). Ampas tahu basah akan segera menjadi asam dan busuk
dalam 2-3 hari sehingga tidak disukai oleh ternak. Masalah itu dapat
ditanggulangi dengan cara menjemur di bawah panas matahari atau dimasukkan
dalam oven.
Menurut Listiyowati dan Roospitasari (1992), zat-zat makanan yang dibutuhkan
puyuh adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air. Setiap
aktivitas ternak, baik itu berjalan, bernafas, bertelur, dan lain-lain
membutuhkan energi. Energi dipenuhi dari karbohidrat, lemak, dan protein yang
semuanya itu berasal dari makanan di dalam tubuh. Energi digunakan untuk hidup
pokok, gerak otot, sintesa jaringan baru, aktivitas kerja dan menjaga
temperatur tubuh. Pada hewan muda, energi diberikan untuk kebutuhan pokok,
untuk membentuk protein, sedangkan pada hewan dewasa kelebihan energi dibentuk
menjadi lemak (Anggorodi, 1985). Vitamin dan mineral merupakan unsur gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit tetapi mutlak.
Tabel Komposisi zat-zat makanan ampas tahu
Bahan
|
BK
|
PrK
|
Serat kasar
|
Lemak kasar
|
NDF
|
ADF
|
Abu
|
Ca
|
P
|
Eb
|
%
|
%
|
%
|
%
|
%
|
%
|
%
|
%
|
%
|
%
|
|
Ampas tahu
|
13,3
|
21,0
|
23,58
|
10,49
|
51,93
|
25,63
|
2,96
|
0,53
|
0,24
|
47,30
|
Sumber: Pulungan, dkk., (1985)
*) Sutardi dkk, 1976
**) Arianto (1983)
Prabowo dkk., (1983)
menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih tinggi
daripada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal
dari kedelai yang telah dimasak. Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral
mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15
ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Sumardi dan Patuan, 1983). Di
samping memiliki kandungan zat gizi yang baik, ampas tahu juga memiliki
antinutrisi berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral
bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya
untuk unggas perlu hati-hati (Cullison, 1978).
Jika kita mengkaji lebih
lanjut dalam ampas sisa tadi masih bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang
banyak kandungan proteinya. Saat ini belum banyak peternak yang memanfaatkan
ampas tahu tadi sebagai pakan tambahan bagi ternaknya selain konsentrat.
Pertumbuhan ternak yang di bebri pakan ampas tahu lebih cepat dari pada yang
tidak diberi. Jika dikalkulasi nilai ekonomi peternak akan mendapat untung yang
lebih. Selama ini stok ampas tahu masih melimpah, harganyapun masih sangat
murah. Lebih murah jika dibandingkan dengan harga konsentrat. Haraganya kira
kira sekitar 9-12 ribu per karung(±60-80kg). Sehingga masih sangat
menguntungkan bagi para peternak. Peternak mengalani keuntungan yang lebih
karena dengan sedikit pengeluaran tambahan buat membeli ampas tahu tetapi hasil
yang di dapat akan lebih banyak. Waktu perawatan/pertumbuhan lebih cepat karena
asupan protein bagi ternak lebih tinggi. Ampas tahu dapat dijadikan pakan bagi
berbagai jenis ternak diantaranya:
· Pakan Ternak Bebek
Pada bebek pemberian
ampas dapat diberikan sebagai pengganti konsentrat, selain harga murah ampas
tahu juga mempercepat pertumbuhan bebek bebek yang kemudian juga menghasilkan
daging dan telur. Dengan demikian biaya produksi telur bebek lebih ringan. Para
peternak bebek dapat menghemat beaya, karena dengan pakan ampas sebagai
pengganti konsentrat akan menekan beaya pemeliharaan sehingga keuntungan dapat
meningkat. Ampas tahu bisa diberikan pada entok dalam bentuk kering (tepung)
atau basah. Pemberian ampas tahu pada entok mungkin sudah dilakukan di
masyarakat. Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan ampas tahu adalah
kandungan serat kasarnya yang tinggi, jadi pemakaiannya dalam ransum harus
dibatasi, karena bangsa unggas kurang bisa mencerna serat kasar dan bila
kelebihan bisa berpengaruh buruk pada performan. Performan biasa
dimanifestasikan dalam besarnya konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan
konversi ransum. Pada hasil penelitian dapat dilihat bahwa pada perlakuan
ransum yang mengandung tepung ampas tahu 30% dengan kandungan serat kasar
ransum 8,87% masih menghasilkan pertambahan bobot badan yang tidak
berbeda dengan ransum kontrol. Hal ini membuktikan bahwa entok bisa mentolerir
kandungan serat kasar ransum yang lebih tinggi dari 8%. Dengan demikian, dengan
pertambahan bobot badan yang tidak berbeda maka tepung ampas tahu dapat
digunakan pada ransum entok sebanyak 30%.
· Pakan Ternak Puyuh
Menurut Anggorodi (1995),
pada masa awal pertumbuhan burung puyuh tumbuh begitu cepat, sehingga pada umur
6 minggu burung tersebut mencapai 90-95% bobot tubuh dewasa kelaminnya.
Ditambahkan oleh Tillman dkk. (1998), bahwa pertumbuhan mempunyai
tahap-tahap yang cepat dan lambat, tahap cepat terjadi pada saat sampai
pubertas dan tahap lambat terjadi pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai.
Puyuh yang diberi ransum dengan level protein 20%, dengan energi metabolis 2900
kkal/kg akan memberikan produksi, fertilitas dan daya tetas yang optimal
dibandingkan dengan pemberian ransum dengan berbagai level. Pemberian ampas
tahu sampai 10% tidak mempengaruhi palatabilitas pakan dan tidak menurunkan
berat badan. Kesegaran dan palatabilitas serta tingkat energi dalam ransum
menentukan banyaknya makanan yang dikonsumsi. Telur yang dihasilkan pun
beratnya semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur induk. Menurut
wahyu (1992), pertumbuhan dipengaruhi oleh jumlah ransum yang dikonsumsi dan
kualitas ransum itu sendiri. Pertambahan berat badan sangat dipengaruhi oleh
kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Hal ini menunjukan pemberian ampas
tahu sampai 10% masih cukup palatabel dan tidak mengurangi efisiensi pakan
serta konsumsi ransum. Menurut Rasyaf (1985), mineral-mineral yang dibutuhkan
oleh puyuh adalah Ca, P, Na, dan Mg. Mineral Ca dan P berperan dalam
pembentukan tulang pada saat puyuh sedang tumbuh, dan berperan juga dalam
pembentukan kulit telur pada puyuh yang sedang berproduksi. Ransum puyuh
mengandung 0,8% phospor dan 2,53% kalsium akan memberikan produksi telur
maksimum sebesar 90% dan daya tetas yang baik, dibandingkan dengan
Kesimpulan
Mahalnya harga ransum
yang akan diberikan terhadap ternak dapat disiasati dengan membuat ransum
sendiri dengan bahan yang mudah diperoleh, harga lebih murah, mempunyai
kandungan gizi yang cukup baik, dan juga tidak mengganggu produksi serta
kesehatan ternak itu sendiri.
Penggunaan tepung ampas
tahu sampai level 10% pada ternak puyuh tidak memberikan efek negatif terhadap
performans puyuh serta produksi telur puyuh. Pada ternak entok pun penggunaan
tepung ampas tahu sebanyak 30% tidak memberikan efek negatif. Namun demikian,
pemberian ampas tahu sebesar 30% dalam ransum menghasilkan performan entok yang
terbaik ditunjukkan dengan nilai konversi ransum yang paling efisien. Dan pada
ternak ruminansia, pemberian ampas tahu sebagai ransum memberikan pengaruh yang
baik terhadap performans ternak ruminansia.
Daftar Pustaka
- Tarmidi, A.R. 2009. Penggunaan Ampas Tahu dan Pengaruhnya pada Pakan Ruminansia. Karya Ilmiah. Universitas Padjadjaran.
- Tanwiriah, Wiwin, dkk. 2009. Pengaruh Tingkat Pemberian Ampas Tahu dalam Ransum terhadap Performan Entok (Muscovy Duck) pada Periode Pertumbuhan. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.
- Suparyanto. 2000. Pengaruh Pemberian Tepung Ampas Tahu dalam Ransum terhadap Produksi Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Umur 20-32 minggu. Skipsi. Jurusan Peternakan, Universitas Bengkulu.
- Syaiful, F. L. 2000. Pengaruh Pemberian Tepung Ampas Tahu dalam Pakan terhadap Performans Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Umur 1-6 minggu. Skipsi. Jurusan Peternakan, Universitas Bengkulu.
- Purbosrianto, Titis. 2009. Pemanfaatan Ampas Tahu untuk Pakan Ternak. Artikel Ilmiah.
- Tarmidi, Ana. R. 2010. Penggunaan Ampas Tahu dan Pengaruhnya pada Pakan Ruminansia. Artikel Ilmiah.
- Dijaya, A.S. 2003. Penggemukan Itik Jantan Potong. Penebar Swadaya. Cetakan Pertama. Jakarta
Sumber : Prof Urip Santoso