Gustina
Jurusan Peternakan,
Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
Jalan Raya Kandang Limun,
Bengkulu
Abstrak
Biaya pakan saat ini
sangat mahal dan sudah lumayan susah mendapat pakan yang bagus dengan harga
murah. Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai yang
diperas dan tidak berguna lagi dalam pembuatan tahu. Oleh karena itu limbah yang
sudah tidak berguna sebaiknya diolah menjadi pakan ternak sehingga bisa
mendapatkan pakan yang relatif murah dan mempunyai kandungan gizi yang
baik untuk produksi dan kesehatan ternak itu sendiri. Kandungan ampas tahu
yaitu protein 8,66%; lemak 3,79%; air 51,63% dan abu 1,21%, maka sangat
memungkinkan ampas tahu dapat diolah menjadi bahan makanan ternak. Penggunaan
ampas tahu yang diberikan dalam ransum ayam broiler sampai level 20%.
Kata kunci : Pakan
unggas, Ampas Tahu, Kandungan Ampas Tahu
PENDAHULUAN
Tingginya harga bahan
pakan penyusun ransum, seperti jagung, bungkil kedelai dan tepung ikan
menghambat pengembangan peternakan broiler. Berbagai upaya telah dilakukan
untuk mengatasi kendala tersebut dengan jalan menggalakkan potensi yang ada sebagai
sumber bahan pakan ternak yang murah dan berkualitas, termasuk pemanfaatan
limbah industri.
Biaya pakan merupakan
biaya yang harus disediakan dengan porsi lebih untuk mengembangkan peternakan
secara intensif dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Semakin intensif suatu
peternakan diusahakan, maka semakin kreatif juga peternak dalam menggunakan
bahan by product (hasil samping) sebagai bahan penyusun ransum.
Pemanfaatan bahan-bahan yang mudah didapat, dengan harga yang relatif lebih
murah, tetapi masih mempunyai kandungan gizi yang baik untuk produksi dan
kesehatan ternak itu sendiri adalah suatu hal yang menjadi harus untuk
dilakukan peternak untuk meningkatkan margin keuntungan yang lebih tinggi.
Ransum merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk pemberian
ransum adalah 70% dari total biaya produksi (Listiyowati dan Roospitasari,
1992). Tingginya biaya produksi ini perlu ditanggulangi dengan menyusun ransum
sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat, dengan harga yang
relatif lebih murah, tetapi masih mempunyai kandungan gizi yang baik untuk
produksi dan kesehatan ternak itu sendiri (Mairizal, 1991).
Usaha untuk menekan biaya
makanan adalah mencari bahan makanan yang tidak bersaing dengan manusia,
harganya murah, memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, tersedia secara
kontinyu, disukai ternak serta tidak membahayakan bagi ternak yang memakannya
(Sulistiowati (1995).
Konsumsi pakan merupakan
jumlah dari pakan yang diberikan dikurangi dengan jumlah pakan yang tersisa dan
tercecer. Pertambahan bobot badan merupakan selisih antara bobot badan awal
dengan bobot badan akhir selama waktu tertentu (Rasyaf, 2006). Konversi ransum
merupakan pembagian antara jumlah pakan yang dikonsumsi pada minggu tertentu dengan
pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu pula.
Potensi Ampas Tahu
Sebagai Pakan Ternak
Tahu adalah makanan yang
banyak mengandung banyak protein nabati yang banyak diminati konsumen. Efek
lain dari peningkatan produksi tahu adalah surplus ampas tahu atau sisa dari
pembuatan tahu yang belum banyak dimanfaatkan dan dianggap kurang mempunyai
nilai ekonomis.
Jika kita mengkaji lebih
lanjut dalam ampas sisa tadi masih bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang
banyak kandungan proteinya. Saat ini belum banyak peternak yang memanfaatkan
ampas tahu tadi sebagai pakan tambahan bagi ternaknya selain konsentrat.
Pertumbuhan ternak yang di bebri pakan ampas tahu lebih cepat dari pada yang
tidak diberi (Titis, 2009).
Ampas tahu adalah salah
satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan penyusun ransum. Sampai saat ini
ampas tahu cukup mudah didapat dengan harga murah, bahkan bisa didapat dengan
cara cuma-cuma. Ditinjau dari komposisi kimianya
ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein. Mengingat
kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang cukup tinggi. Tetapi kandungan
tersebut berbeda tiap tempat dan cara pemprosesannya. Terdapat laporan
bahwa kandungan ampas tahu yaitu protein 8,66%; lemak 3,79%; air 51,63% dan abu
1,21%, maka sangat memungkinkan ampas tahu dapat diolah menjadi bahan makanan
ternak (Dinas Peternakan Provinsi jawa Timur, 2011).
Limbah adalah seluruh
bahan yang terbuang dari proses produksi barang-barang kimia, pertambangan,
penyulingan, pertanian dan bahan-bahan pembuatan makanan yang tampak
perubahannya pada permukaan air. Karakteristis ampas tahu adalah partikel atau
padatan berwarna keruh keputih-putihan dan bau khas kedelai. Karakteristik
kimia ampas tahu adalah kandungan organik yaitu karbohidrat, lemak, dan protein.
Limbah padat pembuatan tahu di dalam air merupakan padatan tersuspensi dan
terendap.
Ampas tahu yang merupakan
limbah industri tahu memiliki kelebihan, yaitu kandungan protein yang cukup
tinggi (Masturi et al. 1992). Namun ampas tahu memiliki kelemahan sebagai bahan
pakan yaitu kandungan serat kasar dan air yang tinggi. Kandungan serat kasar
yang tinggi menyulitkan bahan pakan tersebut untuk dicerna itik dan kandungan
air yang tinggi dapat menyebabkan daya simpannya menjadi lebih pendek ((Masturi
et al., 1992 dan Mahfudz et al., 2000). Salah satu cara untuk mengurangi
kandungan serat kasar tersebut adalah diproses dengan fermentasi.
Nilai Gizi Ampas Tahu
Ditinjau dari komposisi
kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein. Ampas tahu lebih
tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai. Prabowo dkk., (1983)
menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih tinggi
daripada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal
dari kedelai yang telah dimasak.
Ampas tahu juga
mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500
ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm.
Ampas tahu dalam keadaan
segar berkadar air sekitar 84,5 % dari bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat
menyebabkan umur simpannya pendek. Ampas tahu basah tidak tahan disimpan dan
akan cepat menjadi asam dan busuk selama 2-3 hari, sehingga ternak tidak menyukai
lagi. Ampas tahu kering mengandung air sekitar 10,0 - 15,5 % sehingga umur
simpannya lebih lama dibandingkan dengan ampas tahu segar (Widjatmoko, 1996).
Tabel 1. Komposisi
Nutrisi/Kimia :
Nutrisi
|
Ampas
tahu
|
|
Basah
(%)
|
Kering
(%)
|
|
Bahan. Kering
|
14,69
|
88,35
|
Protein Kasar
|
2,91
|
23,39
|
Serat. Kasar
|
3,76
|
19,44
|
Lemak kasar
|
1,39
|
9,96
|
Abu
|
0,58
|
4,58
|
BETN
|
6,05
|
30,48
|
Tahu diproduksi dengan
memanfaatkan sifat protein, yaitu akan menggumpal bila bereaksi dengan asam.
Penggumpalan protein oleh asam cuka akan berlangsung secara cepat dan bersamaan
diseluruh bagian cairan sari kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula
tercampur dalam sari kedelai akan terkumpul di dalamnya. Pengeluaran air yang
terkumpul tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tekanan. Semakin besar
tekanan yang diberikan, semakin banyak air dapat dikeluarkan dari gumpalan
protein. Gumpalan protein itulah yang disebut dengan tahu (Suprapti, 2005).
Sebagai akibat proses
pembuatan tahu, sebagian protein terbawa atau menjadi produk tahu, sisanya
terbagi menjadi dua, yaitu terbawa dalam limbah padat (ampas tahu) dan limbah
cair. Kandungan gizi dalam kedelai, tahu dan ampas tahu masing-masing dapat
dilihat dalam tabel 2
Tabel 2. Kandungan Unsur Gizi dan Kalori
dalam Kedelai, Tahu dan Ampas Tahu
No
|
Unsur Gizi
|
Kadar/100 g Bahan
|
||
Kedelai
|
Tahu
|
Ampas Tahu
|
||
1
|
Energi (kal)
|
382
|
79
|
393
|
2
|
Air (g)
|
20
|
84,4
|
4,9
|
3
|
Protein (g)
|
30,2
|
7,8
|
17,4
|
4
|
Lemak (g)
|
15,6
|
4,6
|
5,9
|
5
|
Karbohidrat (g)
|
30,1
|
1,6
|
67,5
|
6
|
Mineral (g)
|
4,1
|
1,2
|
4,3
|
7
|
Kalsium (g)
|
196
|
124
|
19
|
8
|
Fosfor (g)
|
506
|
63
|
29
|
9
|
Zat besi (mg)
|
6,9
|
0,8
|
4
|
10
|
Vitamin A (mg)
|
29
|
0
|
0
|
11
|
Vitamin B (mg)
|
0,93
|
0,06
|
0,2
|
Sumber: Daftar Analisis
Bahan Makanan Fak. Kedokteran UI (Suprapti, 2005)
Pengolahan dan Pengawetan
Ampas Tahu
Ampas tahu memiliki kadar
air dan protein yang cukup tinggi sehingga bila disimpan akan menyebabkan mudah
membusuk dan berjamur. Pengolahan ampas tahu sebagai tepung dapat dilakukan
dengan cara penjemuran atau dengan pengeringan dengan sinar matahari atau dengan
oven pada suhu 45-50°C, kemudian digiling sampai menjadi tepung (Sudigdo,
1983).
Bila mengawetkan ampas
tahu secara basah dapat dilakukan dengan pembuatan silase tanpa menggunakan
stater. Terlebih dahulu ampas tahu dikurangi kadar airnya dengan cara dipres
sampai kadar air mencapai kira-kira 75%. Lalu disimpan dalam ruang kedap udara
atau plastik tertutup rapat supaya udara tidak dapat masuk. Setelah tertutup
disimpan minimal 21 hari dan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Penyimpanan
dengan cara pembuatan silase dapat mengawetkan ampas tahu sampai 5-6 bulan
(Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat, 1999). Pembuatan silase ampas tahu dapat
dicampur dengan bahan pakan lain.
Proses fermentasi akan
menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizinya.
Bahan pakan yang telah mengalami fermentasi akan lebih baik kualitasnya dari
bahan bakunya. Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi
asam-asam amino, dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasar ampas
tahu (Poultryindonesia, 2010).
Fermentasi dapat memecah
selulosa, hemiselulosa, dan polimernya menjadi gula sederhana atau turunannya
serta mampu meningkatkan nutrisi bahan asal, karena mikroba bersifat katabolik
selain juga dapat mensintesis vitamin seperti riboflavin, vitamin B12 dan pro
vitamin A (Mahfudz et al., 1997). Salah satu bahan untuk fermentasi adalah ragi
oncom yang mengandung kapang Neurospora sitophila, kapang ini memiliki
aktivitas lipolitik yang tinggi, yaitu memproduksi lipase yang menghidrolisa
trigliserida menjadi asam-asam lemak bebas.
Penggunaan Ampas Tahu
pada Unggas
Menurut Yusrizal (2002),
pemberian ampas tahu dalam ransum yang digunakan sebagai pakan itik mojosari
fase stater tidak menimbulkan dampak negatif terhadap performansnya. Ampas tahu
yang digunakan dalam ransum itik Mojosari sampai level 15 %. Hal ini berarti
ampas tahu bisa diberikan sebagai bahan pakan untuk itik Mojosari dalam fase
stater dan finisher karena ampas tahu tidak mempengaruhi performans dari itik
Mojosari itu sendiri.
Pemberian ampas tahu
untuk mengetahui kualitas karkas broiler dilakukan oleh Yuni Sofrianti (2001)
diperoleh hasil bahwa pemberian ampas tahu kedalam ransum broiler sampai level
36 % tidak menurunkan kualitas karkas broiler.
Menurut Dessita (2003)
pemberian ampas tahu sampai level 20% yang diberikan pada puyuh (Cortunix-cortunix
japonica) umur 1-6 minggu tidak memberikan efek negatif terhadap performans
puyuh umur 1-6 minggu dibandingkan ransum normal. Sedangkan pemberian ampas
tahu sampai level 10% yang diberikan pada puyuh (Cortunix-cortunix japonica)
setelah 6 bulan produksi secara kumulatif tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap konsumsi ransum, produksi telur, berat telur dan konversi ransum
(Ferdinan sembiring, 2002).
Terhadap produksi telur
puyuh, pemberian tepung ampas tahu dalam ransum taraf 10% pada puyuh umur 20-32
minggu secara kumulatif tidak berdampak negatif terhadap konsumsi ransum,
prouksi telur, berat telur dan konversi ransum (Suparyanto, 2003).
KESIMPULAN
Dari artikel diatas dan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan, yaitu :
1. Ampas tahu memiliki nilai
nutrisi yang baik dan digolongkan ke dalam bahan pakan sebagai sumber protein.
2. Ampas tahu apabila diolah
dan diawetkan, baik secara kering maupun secara basah dapat dimanfaatkan dan
disimpan dalam waktu yang cukup lama.
DAFTAR PUSTAKA
- Dessita. 2003. Pengaruh Pemberian Tepung Ampas Tahu dalam Ransum terhadap Performans Puyuh (Coturnix-cortunix japonica) umur 1-6 minggu. Skripsi. Universitas Bengkulu: Bengkulu.
- Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. 1999. Uji Coba Pembuatan Silase Ampas Tahu. Jawa Barat.
- Ferdinan sembiring. 2002. Pengaruh Pemberian Tepung Ampas Tahu dalam Ransum terhadap Performans Puyuh (Coturnix-cortunix japonica) setelah 6 bulan produksi. Skripsi. Universitas Bengkulu: Bengkulu.
- Mairizal, 1991. Penggunaan ampas tahu dalam ransum unggas. Poultry Indonesia, No. 133.
- Masruhah, L. 2008. Pengaruh Penggunaan Limbah Padat Tahu Dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Dan Konversi Pakan Pada Ayam Kampung (Gallus Domesticus) Periode Grower, Skripsi. Universitas Islam Negeri (Uin), Malang.
- Poultryindonesia. 2010. Ampas Tahu Tingkatkan Produksi Broiler.Http://www.Poultryindonesia.com
- Sudigdo, E.M. 1983. Kedelai Dijadikan Lebih Bergizi. Cetakan ke-2. Terate, Bandung.
- Suparyanto. 2003. Pengaruh Pemberian Tepung Ampas Tahu dalam Ransum terhadap Produksi Telur Puyuh (Coturnix-cortunix japonica) umur 20-32 minggu. Skripsi. Universitas Bengkulu: Bengkulu.
- Suprapti, M. L. 2005. Pembuatan Tahu. Kanisius: Yogyakarta.
- Yuni sofrianti. 2001. Pengaruh Pemberian Ampas Tahu dalam Ransum terhadap Kualitas Karkas Broiler. Skripsi. Universitas Bengkulu: Bengkulu.
- Yusrizal. 2002. Pengaruh Pemberian Ampas Tahu dalam Ransum terhadap Performans itik Mojosari fase stater. Skripsi. Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Sumber : Prof Urip Santoso